@bro Ib, gak tahu yah tapi nyatanya emang di tempatku lagi kering sekali. Sudah 10 hari gak hujan sama sekali. Memang curah hujan tahunan di sini cukup rendah cuma sekitar 1500-2000 mm. Padahal Jember utara bisa 2000 mm lebih. Kalau di geografi iklimnya kalau gak salah termasuk iklim AM (W Koppen) atau semi arid alias semi kering alias curah hujannya rendah. Mungkin mirip iklim padang rumput gitu. Bulan basahnya dalam 1 tahun paling banyak 5 bulan biasanya mulai akhir Desember-Maret. Kalau udah musim kemarau sumur pun bisa habis airnya. Bukti iklimnya semi arid adalah banyaknya hutan jati di sini. Kita tahu hutan jati termasuk
decidous forest atau hutan yang meranggas saat kemarau. Jadi kasarnya jati menyukai daerah kering dengan batas tegas antara musim kemarau dan hujan. Kalau udah kemarau di sini sama sekali tidak ada setetes air hujan pun yang jatuh ke bumi. Beda dengan di Jabar yang meski kemarau tak jarang hujan masih turun. Itulah juga kenapa daerah sini cuma mangga yang hidup subur. Aku pernah tanam durian, rambutan, dll gak sukses. Durian gak suka kekeringan terlalu panjang sementara rambutan cuma bisa menoleransi 3 bulan kering/tahun. Kalau mangga makin panjang keringnya makin bagus. Itulah kenapa aku sekarang lagi mengoleksi mangga ada gadung, arumanis, manalagi, parkit, chokanan, dan endog. Gadung buahnya gede manis kalau udah masak dan seratnya lembut. Harganya lebih mahal ketimbang manalagi. Arumanis belum pernah berbuah soalnya masih berumur 4 tahun. Manalagi sangat manis meski belum masak sayang buahnya kecil. Parkit ada semburat merahnya di kulit dan lebih besar dari gadung, serat kasar, rasanya seperti bertepung (late season). Chokanan ini berasal dari Thailand, kulit kuning, bau harum, serat lembut, dan manis. Ini mangga topnya Asia. Dia bisa berbuah sampai 3 kali setahun. Endog bau sangat menyengat kayak kuweni tapi serat kasar dan masam meski masak. Eh, kok malah cerita mangga

.